Selasa, 14 Agustus 2012

Mengenali Bystanders

Sebelumnya kita uda ngebahas tentang pelaku dan korban bullying, sekarang saatnya kita ngebahas tentang si bystanders. Yuuk check this out!!

Siapa sih bystanders itu??? 
Bystanders atau saksi adalah orang yang melihat terjadinya bullying atau yang mendengar mengenai bullying. Semua tergantung pada bagaimana respon saksi, mereka dapat memperbesar masalah atau akan memberikan solusi.

Apa aja tipe-tipe saksi itu???
  1. Saksi yang menambah derita, di mana saksi ini mungkin akan menghasut bullying, tertawa pada korban atau menyoraki untuk membulli, atau bergabung saat dimulainya bullying. Saksi yang menambah derita ini juga termasuk orang yang melihat bullying secara pasif dan tidak melakukan apa-apa. Saksi pasifbersedia menjadi penonton setia bullying dan diam menerima pelaku melanjutkan perilakunya itu”.
  2. Saksi yang membantu, saksi ini akan memberikan tindakan langsung ketika bullying terjadi dengan membela korban atau mencegah pelaku. Saksi ini juga termasuk orang yang mendapatkan bantuan atau bersama-sama mendukung korban dari teman yang lain. 
Apa aja sih yang menjadi alasan seseorang menjadi saksi pasif???  
     1.  Beberapa takut menjadi korban 
     2.  Berpikir ini bukan urusannya 
     3.  Merasa kurang kuat dari pada pelaku atau tidak tahu apa yang harus dilakukan 
     4.  Merasa tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk menghentikan bullying
          dan akan sering merasa bersalah karena kelambanannya dalam mendukung korban 
     5.  Hasilnya, mereka mungkin menjadi korban kedua proses bullying. Saksi yang
          berusaha menyelesaikan masalah memiliki kesempatan untuk menjadi target pelaku

Mengenal Pelaku Bullying

Di artikel sebelumnya kita uda ngebahas tentang korban bullying, nah sekarang mari kita membicarakan tentang si pelaku bullying. Check this out guys....


Apa aja sih ciri-ciri pelaku bullying???
  1. Dapat berupa individu atau kelompok
  2. Memiliki fisik/kekuasaan yang besar
  3. Laki-laki lebih cenderung menjadi pelaku dibandingkan perempuan
  4. Terlihat pandai meskipun sebenarnya memiliki kemampuan rendah  

Apa aja yang jadi alasan kenapa seseorang menjadi pelaku bullying???
  1. Mencari popularitas
  2. Menarik perhatian
  3. Ingin terlihat kuat
  4. Ingin menakut-nakuti anak lain
  5. Pernah menjadi korban bullying sebelumnya

Dampak apa aja sih yang muncul kalo kasus bullying ga segera ditangani???
  1. Bullying yang terjadi pada tingkat SD dapat menjadi penyebab atau anteseden dari perilaku kekerasan pada jenjang pendidikan berikutnya.
  2. Pelaku cenderung berperilaku agresif dan terlibat gang serta aktivitas delinkuen atau kenakalan lainnya.
  3. Pelaku rentan terlibat kasus kriminal ketika menginjak usia remaja. 


Mengenali Korban Bullying



Sebelumnya kita sudah membahas tentang bullying dan contoh penanganan kasusnya. Kali ini kita akan ngebahas tentang korban bullying.

Karakteristik korban bullying, yaitu :

  1. Wanita lebih cenderung menjadi korban dibandingkan laki-laki.
  2. Anak yang memiliki fisik kecil. Biasanya anak yang memiliki badan kecil atau secara fisik lemah akan cederung menajdi korban bullying.
  3. Anak yang memiliki pengaruh kecil diantara teman-temanya. Pengaruh biasanya terkait dengan asertivitas yaitu anak-anak yang mudah diajak atau sulit menolak ajakan.
  4. Anak yang meiliki sumber daya. Sumber daya disini biasanya terkait dengan ekonomi. Anak yang banyak duit biasanya akan menjadi korban bullying.
  5. Anak pindahan. Anak pindahan dari sekolah lain akan mengalami proses adaptasi mencari teman baru dan proses ini biasanya dimanfaatkan oleh pelaku bullying
  6. Anak yang berasal dari kultur yang berbeda. Akan berasal dari daerah lain akan mengalami hambatan dalam bahasa dan kebiasaan atau adat istiadat. Perbedaan ini akan dimanfaatkan pelaku bullying karena korban tidak akan tahu apa yang dimaksud.
  7. Pelaku sering mengincar korban yang memiliki karakteristik suka menyendiri.
  8. Bermain sendiri.
  9. Nada suaranya pelan dan terkesan merengek.
  10. Ekspresi wajah memelas dan tertunduk. 
  11. Postur tubuh yang tidak percaya diri.
  12. Kontak mata terkesan takut-takut.
  13. Pasif dalam aktivitas kelas. 

Ciri-ciri anak yang menjadi korban bullying, yaitu :
  • Fisik
  1. Luka fisik yang tidak dapat dijelaskan’pakaian dan barang yang rusak karena sesuatu adalan yang tidak dapat dijelaskan.
  2. Kehilangan uang.
  3. Keluhan fisik.
  4. Gangguan tidur
  5. Kehilangan nafsu makan. 
  6. Terlihat kelaparan karena bekal mereka diambil.

  • Sosial
  1. Terlibat dalam perkelahian dimana mereka terlihat tidak dapat mempertahankan diri.
  2. Sering diganggu.
  3. Terisolasi (terlihat menyendiri) pada saat jam istirahat.
  4. Berusaha dekat dengan orang dewasa pada saat jam istirahat.
  5. Kontak dengan teman sekelaas yang rendah.
  6. Sedikit menerima ajakan dari teman.
  
  • Emosi
  1. Terlihat cemas, lemah, tidak bahagia dan sedih tapi tidak mampu mengatakan penyebabnya.
  2. Perubahan mood dan perilaku.
  3. Kemarahan yang meledak-ledak.
  4. Self-esteem (harga diri) rendah.
  5. Ketakutan untuk pergi ke sekolah.
  6. Meminta untuk meninggalkan sekolah.  

  • Akademik 
  1. Tiba-tiba kesulitan dalam bertanya atau menjawab pertanyaan di kelas.
  2. Penurunan prestasi di sekolah dan penurunan konsentrasi.
  3. Tidak mau berpartisipasi dalam aktivitas kelas.
  4. Sering meninggalkan kelas (mangkir).  



Contoh Penanganan Kasus Bullying


 
Guru  :
Ibu ingin bicara denganmu.
Miko :
Ada apa bu? Pasti ibu ingin menyalahkan saya ya?
Guru :
Tidak, ibu hanya ingin tahu bagaimana cerita yang sebenarnya,
sehingga kamu bisa berbicara seperti itu kepada Wati.
Miko :
Ok, ini benar-benar bukan kesalahanku kalau Wati anak yang bodoh.
Dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang mudah dan saya menjadi
marah karena dia terlalu lama berdiri di papan tulis sehingga saya
dan teman-teman menjadi marah dan mengejeknya, walaupun
ejekan saya itu hanya untuk menggodanya.
Guru    :
Ok. Ibu mengerti kalau kamu merasa Wati frustrasi kemudian
menangis karena tidak bisa menyelesaikan soal di papan tulis,
tapi ibu tidak bisa menerima ejekan sebagai bentuk cara mengatasi
masalah Wati. Tolong belajarlah untuk lebih bertoleransi dan berempati
kepada temanmu. Ibu ingin kamu posisikan dirimu jika kamu
menjadi Wati. Sekarang coba lakukanlah yang telah kamu lakukan
pada Wati tadi. Anggaplah ibu sebagai Wati.
Miko :
Baiklah saya akan lakukan…..
Hey….Wati….kamu bodoh banget, mengerjakan soal seperti itu
aja nggak bisa… kamu nggak pantas sekolah di sini…dasar bodoh….
Guru :
Baiklah….sekarang bagaimana perasaanmu setelah kamu
biacara seperti itu?
Miko :
Wah saya puas banget bu, karena Wati sudah membuat saya bosan
dan dia memang benar-benar bodoh
Guru :
Baiklah….sekarang ibu ingin kamu posisikan diri kamu sebagai Wati 
dan ibu akan bersikap sepertimu…
Hey…Miko…ngapain kamu di depan terus….udah mundur aja…
bodoh banget sih kamu, ngerjain soal seperti itu aja nggak bisa…
udah..mundur aja bodoh….
Miko :
Kok ibu bicara seperti itu kepada saya?
Guru :
Bukankah itu yang kamu katakan kepada Wati tadi?
Miko :
Iya bu…
Guru :
Trus, kenapa kamu bicara seperti itu?
Miko :
Ya saya nggak terima aja dikatakan seperti itu, saya kan tidak
sebodoh Wati.
Guru :
Baik lah…kamu memang bukan Wati,
tapi apa yang kamu rasakan tadi saat kamu menjadi Wati?
Miko :
Ya….saya marah dan saya tidak terima dikatakan seperti itu.
Guru :
Nah…begitu pula dengan Wati, pasti dia merasakan seperti
yang kamu katakan tadi… jadi apa yang harus kamu lakukan?
Miko :
Iya bu, saya akan minta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi…

Senin, 13 Agustus 2012

Apa itu Bullying?

Kali ini kita akan ngebahas soal bullying yang sering terjadi di sekitar kita...
Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan bullying? Apa saja bentuk-bentuk bullying itu? Dimana tempat bullying bisa terjadi? Dan apa saja dampak-dampaknya???

Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Victorian Departement of Education and Early Chilhood Development mendefinisikan bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psokologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang serta dilakukan secara berulang dan terus menerus.
Bentuk-bentuk bullying antara lain seperti berikut :
  1. Bullying fisik, contohnya memukul, menjegal, mendorong, meninju, menghancurkan barang orang lain, mengancam secara fisik, memelototi, dan mencuri barang.
  2. Bullying psikologis, contohnya menyebarkan gosip, mengancam, gurauan yang mengolok-olok, secara sengaja mengisolasi seseorang, mendorong orang lain untuk mengasingkan seseorang secara soial, dan menghancurkan reputasi seseorang.
  3. Bullying verbal, contohnya menghina, menyindir, meneriaki dengan kasar, memanggil dengan julukan, keluarga, kecacatan, dan ketidakmampuan (exampel : "Eh ada sih pincang lewat").
Bullying  bisa terjadi di tempat-tempat berikut ini :
  1. Terjadi pada pada situasi di mana pengawasan yang kurang dari orang dewasa, seperti di kamar mandi sekolah, jalan masuk kelas, dan tempat bermain.
  2. Sering terjadi di tempat bermain daripada di kelas.
  3. Interaksi agresif (baik secara fisik maupun verbal) muncul setiap 24 menit di tempat bermain, sedangkan di dalam kelas kemunculannya sekali setiap 37 menit.
  4. Tempat bermain yang biasanya tidak diawasi oleh guru atau orang dewasa, juga sulit dideteksi karena tingginya aktivitas bermain anak-anak di lapangan dan sering dikira sebagai salah satu bentuk permainan anak-anak misalnya permainan gulat.
  5. Di dalam kelas.
 Dampak bullying secara umum :
  •  Pelaku
  1. Bullying yang terjadi pada tingkat SD dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan pada jenjang pendidikan berikutnya.
  2. Pelaku cenderung berperilaku agresif dan terlibat dalam gank serta aktivitas kenakalan lainnya.
  3. Pelaku retan terlibat dalam kasus kriminal menginjak usia remaja.
  • Korban
  1. Memiliki masalah emosi, akademik, dan perilaku jangka panjang.
  2. Cenderung memiliki harga diri yang rendah, lebih merasa tertekan, suka menyendiri, cemas, dan tidak aman.
  3. Bullying menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan sekolah seperti tidak suka terhadap sekolah, membolos, dan drop out.
  • Saksi 
  1. Mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan mengalami tekanan psikologis yang berat.
  2. Merasa terancam dan ketakutan akan menjadi korban selanjutnya.
  3. Dapat mengalami prestasi yang rendah di kelas karena perhatian masih terfokus pada bagaimana cara menghindari menjadi target bullying dari pada tugas akademik.
Apa saja yang dapat dilakukan oleh para guru untuk menangani kasus bullying di sekolah?
  1. Identifikasi perilaku bullying sejak dini.
  2. Fasilitas diskusi kelompok dengan siswa dan orang tua untuk membahas bullying.
  3. Capai konsensus bersama mengenai bullying dan waktu yang tepat untuk mengintervensi.
  4. Guru memberikan contoh bagi siswa untuk selalu berperilaku positif.
  5. Meningkatkan pengawasan terhadap siswa, terutama di tempat bermain.
  6. Memanajemen kelas dengan menciptakan iklim kelas yang bersahabat, pengaturan tempat duduk siswa, dan penggunaan media relaksasi di kelas.
  7. Membuat peratuan anti bullying di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama dengan siswa dan orang tua. Peraturan anti bullying mengenai perilaku yang pantas untuk ditunjukkan siswa di sekolah. Jumlah aturan tidak terlalu banyak dan dinyatakan dalam bentuk kalimat positif, misalnya "Perlakukan semua orang dengan baik dan hormat", "Usahakan agar semua orang merasa aman dan nyaman", serta "Tolong menolong adalah hal terpuji untuk dilakukan".
Oke... cukup sampai di sini dulu ya nanti akan kita bahas lagi masalah bullying ini dengan lebih mendalam.
See u next time :)

Minggu, 08 April 2012

Problem Remaja

Apa aja sih yang jadi permasalahan remaja. Berikut ini pembahasannya :)

Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.
Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
  • Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
  • Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
  • Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
  • Cinta dan Hubungan Heteroseksual
  • Permasalahan Seksual
  • Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
  • Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson (dalam Fagan,2006), menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang memungkinkan munculnya penggunaan alkohol dan narkoba pada remaja:
Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”.
Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman.
Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).
Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.